PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia
adalah pendidikan dan pelatihan. Namun
bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya kebudayaan
Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak praktis) apabila
hanya mengandalkan cara-cara pemecahan
tradisional semata. Karena itu, berbagai strategi alternatif yang berkaitan dengan permasalahan perlu dikaji
dan diterapkan. Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau
atau tidak mau, harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi
informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi
kehidupan kita sehari-hari.
Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak „gagap‟
teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat
menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan
untuk maju. Berkembangnya teknologi ilmu informasi dan komunikasi memberi
dampak terhadap berbagai sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan
jarak jauh atau dapat juga disebut sebagai pembelajaran jarak jauh, mungkin sudah mulai dilirik oleh para
pelaku pendidikan untuk dijadikan salah satu solusi dari masalah pendidikan
diatas. Lebih tepatnya lagi mulai menjadi “trend-center” dalam dunia pendidikan
kita. Sebenarnya istilah tersebut sudah lama digaungkan bahkan diterapkan oleh
para pendidik maupun peserta didik dalam suatu proses pembelajaran yang dalam
hal ini lebih banyak dilakukan secara terpisah di luar kelas.
Secara terpisah disini berarti antara pendidik
dan peserta didik tidak berada dalam
satu ruangan yang sama bahkan waktunyanya
pun bisa berbeda. Perkembangan teknologi internet memberikan nuansa
sistem pendidikan jarak jauh yang lebih
terbuka lagi. Sistem pembelajaran yang berbasis web yang popular dengan sebutan electronic learning
(e-learning), Web-Based Training (WBT) atau kadang disebut Web-Based
Education(WBE), kampus maya (Virtual
camous), m-learning(mobile learning) dan lain-lain sudah mulai
dikembangkan secara luas. Dengan keadaan yang demikianlah, belajar jarak jauh
dan pendidikan terbuka/jarak jauh akan menjadi pelopor memasuki dekade baru.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut
:
1. Apa dan bagaimana pengertian serta
sejarah perkembangan E-learning?
2. Apa fungsi dan tujuan E-learning?
3. Apa karakteristik dan manfaat
E-learning?
4. Apa kelebihan dan kekurangan
E-learning?
5. Apa dan bagaimana metode penyampaian
E-learning?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu
1. Memahami pengertian E-learning serta
sejarah perkembangannya,
2. Memahami fungsi dan tujuan
E-learning,
3. Memaham karakteristik dan manfaat
E-learning,
4. Memahami kelebihan dan kekurangan
E-learning, dan
5. Memahami metode penyampaian
E-learning.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN E-LEARNING
1. Pengertin E-Learning
E-learning
merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam proses
belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai
sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba
menguraikan pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
v Menurut
Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan
teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer
Book, 2003).
v Henderson
menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui
komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi
mengikuti pelajaran di kelas.
v William
Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang
bisa diakses dari Internet).
E-Learning
berasal dari perpadanan dua kata yakni ‘e’ dan ‘learning’. ‘e’ merupakan
singkatan dari electronic dan learning adalah pembelajaran. Jadi E-Learning
atau elektornik learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan
memanfaatkan fungsi internet dalam kegiatan pembelajaran dengan menjadikan
fasilitas elektronik sebagai media pembelajaran.
E-learning
dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik
(internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal
misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes
yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati
pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran
seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan
pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas
dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak
dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.
Komponen
yang membentuk e-Learning adalah:
·
Infrastruktur e-Learning:
Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan
komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan
teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui
teleconference.
·
Sistem dan Aplikasi
e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar
mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten,
forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur
yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat
lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS
banyak yang opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah
untuk dibangun di sekolah dan universitas kita.
·
Konten e-Learning:
Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning Management
System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content
(konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk
teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning
Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan
dimanapun. Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi
pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga mengembangkan edukasi.net
yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK. Juga mari
kita beri applaus ke pak Gatot (Biro PKLN) yang mulai memberikan insentif dan
beasiswa untuk mahasiswa yang mengambil konsentrasi ke Game Technology yang
arahnya untuk pendidikan. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan
e-Learning dari sisi konten.
Sedangkan
Actor yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama dengan proses
belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang
membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola
administrasi dan proses belajar mengajar.
2. Sejarah dan Perkembangan E-learning
E-pembelajaran
atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas
Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis
komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak
itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
o Tahun
1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi
e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM.
Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM
FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.
o Tahun
1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT
muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara
massal.
o Tahun
1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi
internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan
informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan
mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul
LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi
masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar.
Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline
Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
o Tahun
1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju
aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar
(learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan
situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya
dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif
dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.
B. FUNGSI DAN TUJUAN E-LEARNING
1. Fungsi E-learning
Ada
tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di kelas
(classroom instruction), yaitu sebagai tambahan (suplemen) yang sifatnya
pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi).
a.
Suplemen
Dikatakan
berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal
ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
b.
Komplemen
Dikatakan
berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan
untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di kelas. Sebagai
komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi
materi penguatan (reinforcement) atau remedial bagi peserta didik di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik
dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada peserta didik yang
dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru
secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka.
Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas. Dikatakan sebagai program
remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi
pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners)
diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang
memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik
semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
c.
Pengganti (substitusi)
Beberapa
perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model
kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswa-nya. Tujuannya agar
para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai
dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa.
Ada
3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik,
yaitu:
Ø sepenuhnya
secara tatap muka atau konvensional,
Ø sebagian
secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan
Ø sepenuhnya
melalui internet.
Alternatif
model pembelajaran mana pun yang akan dipilih peserta didik tidak menjadi
masalah dalam penilaian, karena ketiga model penyajian materi perkuliahan
mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat
menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau
sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini,
maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama.
Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu mahasiswa untuk
mempercepat penyelesaian perkuliahannya.
2. Tujuan E-Learning
Penggunaan
metode belajar e learning di Indonesia mulai digunakan di beberapa di sekolah
ataupun universitas yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Tujuan
pembelajaran E-Learning adalah :
1. Siswa atau mahasiswa dapat belajar
mandiri tanpa harus bertatap muka langsung denga guru atau dosen yang
bersangkutan. Contoh universitas yang memilih metode pembelajaran E-Learning
sebagai metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehari-hari yaitu
Universitas Terbuka (UT) yang berdomisili di Pamulang, Tangerang, Banten.
2. Siswa atau mahasiswa mendapatkan
materi pembelajaran mereka tanpa harus membeli buku aslinya.
Materi
pembelajaran mereka ada di dalam E-Book dan E-Book ada di dalam sebuah CD atau
DVD. E-Book tersebut nantinya akan berisi materi-materi yang sesuai dengan
kurikulum siswa atau mahasiswa tersebut. Maka dengan adanya ebook bisa
menghemat siswa dalam biaya pembelian buku-buku sekolah ataupun kuliah.
C. KARAKTERISTIK DAN MANFAAT E-LEARNING
1. Karakteristik E-Learning
ü Memanfaatkan
jasa teknologi informasi dan komunikasi berupa internet sehingga penyampaian
pesan dan komunikasi guru dan siswa secara mudah dan cepat.
ü Memanfaatkan
media komputer seperti jaringan komputer (computer networks atau digital
media).
ü Menggunakan
pendekatan pembelajaran mandiri. Dengan menggunakan e-learning, pembelajar
dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap pembelajar karena
pembelajaran tidak dilakukan secara langsung.
ü Materi
pembelajaran dapat disimpan di komputer.
ü Memanfaatkan
komputer untuk proses pembelajaran dan juga mengetahui hasil kemajuan belajar,
administrasi pendidikan, serta untuk mengetahui informasi yang banyak dari
berbagai sumber informasi.
ü Memanfaatkan
jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di computer.
2. Manfaat e-learning
Manfaat
E-learning diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).
Apabila
dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar
interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur,
antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar.
Hal tersebut berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak
semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau
mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan
pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran yang
bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan
dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.
2.
Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan saja (time
and place flexibility).
Mengingat
sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses
oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan
interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian
juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada
guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai
ada janji untuk bertemu dengan dosen/instruktur.
3.
Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach aglobal
audience).
Dengan
fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau
melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas.
Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan sehingga, siapa saja,
di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber
belajar juga dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka
lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
4.
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Fasilitas
yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak (software)
yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar
elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar
sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara
periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi
pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari
peserta didik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/instruktur selaku
penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
5.
Lebih mudah mendapatkan materi atau info.
Jika
kita menggunakan sistem pembelajaran berbasis e-learning, kita akan lebih mudah
untuk mencari dan mendapatkan materi atau info. Tinggal ketik apa yang kita
cari, tunggu sebentar, kita langsung dapat materinya.
6.
Bisa mendapatkan materi yang lebih banyak
Kita
bisa mendapatkan banyak sekali materi, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan
kita bisa mencari materi yang berasal dari luar negeri yang tentunya akan
menambah wawasan bagi kita dan juga bisa untuk meningkatkan hasil belajar kita.
7.
Pembelajaran lebih efektif dan efisien waktu dan tenaga
Jika
ada tugas, kita bisa mencari bahan yang kita butuhkan dengan cepat. Tidak harus
ke sana ke mari untuk mendapatkan bahan yang kita butuhkan. Tinggal duduk di
depan komputer atau laptop, lalu cari yang kita butuhkan. Setelah itu, susun
tugasnya dan selesai.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING
1. Kelebihan E-Learning
·
Pembelajar dapat
belajar kapan dan dimana saja mereka punya akses internet.
·
Efisiensi waktu dan
biaya perjalanan.
·
Pembelajar dapat
memilih materi pembelajaran sesuai dengan level pengetahuannya.
·
Fleksibilitas untuk
bergabung dalam forum diskusi setiap saat, atau menjumpai teman sekelas dan
pengajar secara remote melalui ruang chatting.
·
Mampu memfasilitasi dan
menerapkan gaya belajar yang berbeda melalui beragam aktivitas.
·
Pengembangan
keterampilan TIK yang mampu mendukung aktivitas lain pembelajar.
·
Keberhasilan
menyelesaikan pembelajaran/perkuliahan online mampu membangun kemampuan belajar
mandiri dan kepercayaan diri pembelajar serta mendorong pembelajar untuk lebih
bertanggung jawab dalam studinya.
·
Mempersingkat waktu
pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis.
·
Mempermudah interaksi
antara peserta didik dengan materi, peserta didik dengan guru maupun sesama
peserta didik.
·
Peserta didik dapat
saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan belajar setiap saat dan
berulang-ulang.
·
Kehadiran guru tidak
mutlak diperlukan.
·
Siswa dapat belajar
atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan
mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
·
Berubahnya peran siswa
dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
2. Kekurangan E-Learning
§ Pembelajar
yang tidak termotivasi dan perilaku belajar yang buruk akan
terbelakang/tertinggal dalam pembelajaran.
§ Pembelajar
dapat merasakan terisolasi dan bermasalah dalam interaksi sosial.
§ Pengajar
tidak mungkin selalu dapat menyediakan waktu pada saat dibutuhkan.
§ Koneksi
internet yang lambat dan tidak handal dapat menimbulkan rasa frustasi.
§ Beberapa
subjek/mata kuliah bisa saja sulit direalisasikan dalam bentuk e-learning.
§ Pembelajar
harus menyediakan waktu untuk mempelajari software/aplikasi e-learning sehingga
dapat mengganggu beban belajarnya.
§ Pembelajar
yang tidak familiar dengan struktur dan rutin software akan tertinggal.
§ Untuk
sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang
mahal untuk membangun e-learning.
§ Siswa
yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
§ Keterbatasan
jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan
e-learning.
§ Bagi
siswa yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.
§ Berubahnya
peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
§ Kurangnya
interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri sehingga
memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar dan mengajar.
§ Kurangnya
tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.
§ Tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet.
§ Proses
belajar mengajar cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.
E. METODE PENYAMPAIAN E-LEARNING
Seperti
kita lihat di atas, peralatan teleconference yang mahal itu posisinya ada di
infrastruktur e-Learning (komponen pertama). Meskipun kalaupun tidak ada juga
tidak masalah, karena peralatan teleconference akan mendukung e-Learning yang
Synchronous tapi tidak untuk yang Asynchronous. Jadi metode penyampaian bahan
ajar di e-Learning ada dua:
1.
Synchrounous e-Learning
Guru
dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah
peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung
Aspal mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di
Stanford University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti
perlu bandwidth besar dan biaya mahal. Jujur saja Indonesia belum siap di level
ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main
hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning
ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya
digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali
2.
Asynchronous e-Learning
Guru
dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan
tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi)
e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text
atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di
Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan
kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning
dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning
ketika kebutuhan itu datang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan bahwa E-learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang
memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Perbedaan
Pembelajaran antara Metode Tradisional dan Metode E-Learning yaitu pada Metode
Tradisional, seorang guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan
untuk menyalurkan ilmu pengetahuannya kepada siswa atau mahasiswa.
Sedangkan
pembelajaran pada Metode E-Learning seorang siswa atau mahasiswa dituntut untuk
dapat mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya.
Suasana pembelajaran dengan Metode E-Learning akan ‘memaksa’ pelajar memainkan
peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan
mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
B. SARAN
Setelah
melakukan pembahasan penulis ingin memberikan masukan yang berupa saran bahwa
penulis mengharapkan apa yang menjadi makalah dengan tema ‘E-LEARNING‘ tidak hanya menjadi suatu teori saja, namun
dapat di praktekkan didalam kehidupan bermasyarakat sebagai suatu pemahaman
bahwa dalam persaingan yang ketat di era globalisasi seperti saat ini sangat
dibutuhkan suatu konsep keterampilan guna mendukung kehidupan bermasyarakat.
Demikianlah
Makalah yang sederhana ini saya buat untuk memenuhi syarat pembelajaran di mata
kuliah Pembelajaran e-Learning ini mudah-mudahan dapat diterima dengan baik
bagi pembaca.
Apabila
ada kesalahan dan kekurangan baik isi dan kata-katanya saya mohon maaf, kritik dan saran juga saya
harapkan dari pembaca agar saya bisa membuat yang jauh lebih baik lagi dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://arlisnayanti.blogspot.com/2013/03/makalah-e-learning.html
http://kampungbiru.wordpress.com/e-learning/
http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=39
http://e-dufiesta.blogspot.com/2008/06/pengertian-e-learning.html
Glossary of e-Learning Terms,
LearnFrame.Com, 2001
Darin E. Hartley, Selling e-Learning,
American Society for Training and Development, 2001
Dublin, L. and Cross, J., Implementing
eLearning: Getting the Most from Your Elearning Investment, the ASTD
International Conference, May 2003.
Michelle Delio, Report: Online Training
‘Boring’, Wired News.
Romi Satria Wahono, Sistem eLearning
Berbasis Model Motivasi Komunitas, Jurnal Teknodik No.
21/XI/TEKNODIK/AGUSTUS/2007, Agustus 2007
arlisnayanti.blogspot.com
Bagikan
Penjelasan E-Learning
4/
5
Oleh
Hello Helly